Untuk Asa-ku.
"Manikmu yang selalu aku nanti, menyambutku malam ini. Ia terlampau indah hingga aku lupa aku siapa, dan, kau siapa. Kita memang dua yang tak akan pernah jadi satu, tapi aku yakin Tuhan tampakkan manik itu kepadaku untuk suatu alasan.
Kamu selalu menjadi satu-satunya yang membuat aku ingin punya mimpi, Sa. Walau tidak pernah percaya aku pada diriku, tapi kamu adalah bukti yang paling nyata atas satu dari sekian banyak mimpi yang aku panjatkan.
Aku selalu ingin tau apapun tentangmu, Asa. Benar-benar apapun. Entah tentang berapa banyak kucing di rumahmu, apa nada alarm pagimu, dimana kamu menyimpan surat-surat dari keluargamu di Jepang, hingga tentang sebahagia apa alam semesta saat kamu lahir ke dunia. Satu-persatu hingga rahasia yang tersisa hanyalah bagaimana perasaanmu terhadap aku. Khusus masalah itu aku tidak ingin tahu. Kamu simpan rapat-rapat saja karena aku tidak siap dengan selamat tinggal.
Kamu ada ketika aku jatuh, bangun, dan datar. Kamu selalu memenuhi relung pikirku. Tiada barang satu menit pun kamu lolos dari kepalaku. Sering aku bertanya kepada Tuhan, kenapa kamu tidak menetap saja? Padahal aku sudah tau jawabannya; ada di paragraf pertama surat ini. Tapi, ya sudahlah, ya? Kita seperti ini saja. Hanya aku yang merasa ingin pulang walau tidak punya rumah.
Hari ini kamu ulang tahun kan, Sa? Selamat, ya! Kamu sangat layak mendapatkan seluruh kebahagiaan di semesta ini, Asa! Aku mohon jangan sakit, jangan sedih, dan jangan baca surat ini. Kalau bisa. Nanti aku malu...
Oh iya, kelupaan, jangan lupa makan sup rumput laut ya hari ini! Sekali lagi, selamat ulang tahun Asa-ku!
p.s. i love you!💓 (tidak apa-apa ya aku sok jagoan di surat ini saja!!)"
Komentar
Posting Komentar