Timur dan Barat


titik kelabu di ujung jalan itu menjadi alasan mengapa gema tak segan menyusuri tubuh.
kau dilahap kabut beriringan dengan detak di pergelangan kiriku.
awal dan akhir kita bagai kereta sore hari yang membawa beban penantian satu pasang mata di tepian kota.
tengah kita berliku hingga banyak kata yang tersesat, mencekik leher dan membekap mata.
hidupmu penuh lara yang harusnya tak kau hujamkan padaku juga.
kau hilang arah dan tujuan.
aku merajut benang demi benang, membangun tangga ke langit lepas.
kau merangkai kayu demi kayu, membangun peti di bawah tanah.
aku mengetuk.

satu kali.

dua kali.

apa yang kau lakukan di rumah tua itu?

tiga kali.

ragaku sekarat.

kau nyalakan api di tengah kegelapan kita.
dan aku terkapar, tak sempat meloloskanmu dari kobaran merah hitam itu.
manik kita bertemu di sela kemurungan.
hanya diam,
menunggu waktu kematian sia-sia; aku dan kau.


-d, 12:15 a.m.-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

wondering

Lara dan Nama