genggam tangan dan laku mu, menjadi salah dua hal yang harapnya tidak pernah aku dalami. bertemu ia dengan ujung bajuku yang lusuh, menahan diri agar pikir tak melangkah berani lalu tenggelam tanpa tolong. semua yang kau dan aku alami hanya sekilas dari potret anak enam tahun yang bahkan meramu air untuk dirinya sendiri saja belum mampu. kau terbang dengan kereta kudamu, meninggalkan banyak tanya, menyisakan angin dingin yang membuat aku membeku. sudah sampai di mana, kau? masihkah kau kantongi seribu dua ribu mimpi kita di saku kiri mu? jika iya, maka buang saja. limpahkan mereka ke sungai yang kau lewati. taburkan mereka di atas tanah mati. jangan biarkan hidup kembali. -120122, dey.
Sekarang pukul setengah dua pagi. Aku kebablasan membaca cerita di wattpad dari pukul sembilan tadi. Biasanya aku gak begini, sungguh. Entah keindahan diksinya, atau isi ceritanya yang membuat aku gak mau berhenti baca. Intinya aku kebablasan. Dipikir - pikir, aku jarang sekali membicarakan dia, si pencuri warasku, di sini. Dan dipikir - pikir, aku rindu berat dengannya malam ini. Jadi, mohon izin, aku ingin menceritakan sedikit demi sedikit tentang mulutnya yang semanis gula itu. walau kisah kami sepahit kopi bubuk di dapurku, sih. Pertemuan kami bisa dibilang cukup klise. Karena aku dan dia adalah teman sekelas di tahun terakhir putih abu. Meski satu sekolah, sebelumnya kami gak pernah bertemu walau hanya sekedar berpapasan. Sebentar. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi hanya satu arah; aku yang sedang mencatat rumus matematika melihatnya datang ke kelas sebelah sebagai anak baru saat tahun kedua di SMA. Ya, hanya pada saat itu saja. Pertama kali aku menginjak...
Selasa, 3 Juli 2018. Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Di kamar, berdua dengan sepupuku. Hari ini aku tidak lulus SBMPTN. Padahal sebelumnya aku sudah yakin bakalan menerima link untuk cetak kartu lulus di website itu. Jika kalian tanya apakah aku sedih? Tentu saja iya! Aku bahkan sempat menangis seperti orang bodoh. Haha. Bayangkan saja, perjuangan dan doamu selama ini kandas dalam satu detik di hari ini? Sungguh ironis. Tapi jika kalian tanya apakah aku marah? Tentu tidak! Aku memang sedikit kecewa, tapi aku tidak marah. Sungguh. Aku yakin bahwa Allah sedang mempersiapkan rencana besar untukku di hari esok. Makanya aku tidak punya pikiran sedikit pun untuk marah. Bukan hanya karena pemikiran itu, aku juga berhasil membuang jauh - jauh rasa marahku dengan membaca surah Al Baqarah ayat 216. " Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui ."...
Komentar
Posting Komentar