titik kelabu di ujung jalan itu menjadi alasan mengapa gema tak segan menyusuri tubuh. kau dilahap kabut beriringan dengan detak di pergelangan kiriku. awal dan akhir kita bagai kereta sore hari yang membawa beban penantian satu pasang mata di tepian kota. tengah kita berliku hingga banyak kata yang tersesat, mencekik leher dan membekap mata. hidupmu penuh lara yang harusnya tak kau hujamkan padaku juga. kau hilang arah dan tujuan. aku merajut benang demi benang, membangun tangga ke langit lepas. kau merangkai kayu demi kayu, membangun peti di bawah tanah. aku mengetuk. satu kali. dua kali. apa yang kau lakukan di rumah tua itu? tiga kali. ragaku sekarat . kau nyalakan api di tengah kegelapan kita. dan aku terkapar, tak sempat meloloskanmu dari kobaran merah hitam itu. manik kita bertemu di sela kemurungan. hanya diam, menunggu waktu kematian sia-sia; aku dan kau . -d, 12:15 a.m.-
genggam tangan dan laku mu, menjadi salah dua hal yang harapnya tidak pernah aku dalami. bertemu ia dengan ujung bajuku yang lusuh, menahan diri agar pikir tak melangkah berani lalu tenggelam tanpa tolong. semua yang kau dan aku alami hanya sekilas dari potret anak enam tahun yang bahkan meramu air untuk dirinya sendiri saja belum mampu. kau terbang dengan kereta kudamu, meninggalkan banyak tanya, menyisakan angin dingin yang membuat aku membeku. sudah sampai di mana, kau? masihkah kau kantongi seribu dua ribu mimpi kita di saku kiri mu? jika iya, maka buang saja. limpahkan mereka ke sungai yang kau lewati. taburkan mereka di atas tanah mati. jangan biarkan hidup kembali. -120122, dey.
Lara, adalah gadis yang tidak suka dipanggil dengan namanya sendiri. Balkon lantai 13 tempat ia berdiri saat ini menjadi saksi bagaimana kedua manik Lara meratapi hidupnya yang kini sama seperti namanya. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, anak-anak di kelas selalu meneriaki Lara. Tidak ada yang ingin berada di sampingnya karena mereka takut akan ikut bernasib buruk. Lara kerap kali protes dengan Bunda tentang semua yang dilaluinya. " Susah, nak. Kamu harus pergi ke tempat yang jauh sekali hanya untuk ganti nama. Bunda sibuk, gak bisa nemenin. " Kalimat yang selalu Bunda lontarkan tidak pernah gagal membungkam Lara, dan membuatnya menangis seperti sekarang. Lara baru saja bercerita kepada Bunda mengenai dirinya yang pada hari pertama masuk sekolah menengah atas, sudah membuat keributan hingga kepala sekolah harus turun tangan mengatasinya. Ia difitnah mencuri uang seniornya dan memandang rendah seorang guru yang menengahi mereka tadi. Belum lagi tatapan jijik ia dapatkan da...
Komentar
Posting Komentar