Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Semu

vas bunga, atap, sepeda, pintu. masih teringat mereka akan kamu yang dulu. "t u n g g u  a k u.." katamu. hingga telah lewat kali ketiga bulan Desember kamu masih belum kembali. sebercanda itu kah aku bagi kamu? aku tak butuh dihargai, cukup perhatikan saja hatiku; yang telah retak. hatiku banyak fungsi, bukan cuma tempatmu menanamkan harapan tak pasti. jika kelak kamu teringat akan janji, jangan lupa kembali. datanglah sejenak. kamu tak perlu menetap, sungguh. sebab aku tahu dan mengerti jikalau kamu telah tinggal tetap di hati yang lain. hanya saja... tolong bantu aku, untuk tutupkan kembali pintu yang tadinya kau biarkan menganga.

Aksara

Aku jatuh cinta.. Pada rentetan kata yang sering kau sebut cinta walau sejurus dengan derita Sebab daripada sang kata aku bebas bercengkrama menari di setiap baris terkadang merintih terselip tangis Sebab daripada sang kata kisah tentang tercinta mampu tercipta meski tentang hampa Untuk kesekian kalinya, aku jatuh cinta.. lebih tersebab oleh kata. Karena kepada siapa lagi aku bercerita, jikalau bukan pada aksara?

Mimpi

aku pernah bermimpi merekah berjalan beriring karpet merah sedang sekarang antah berantah tapi sirna sebab para bedebah mereka kata aku tak mampu bisanya hanya berpangku mungkin mereka tak tahu aku termangu sedari dulu tak cukup aku saja ayah bunda disalahkannya mengapa tak banyak uang? mengapa tak buat senang? aku pernah bermimpi terjatuh ke dasar lembah terjauh tapi kurasa tak apa daripada aku yang tak tau nyata.

Daun yang Jatuh

daun yang jatuh tak mungkin jika tak membenci sang angin. sebab hembusan yang ia lepaskan menyibak ujung yang telah layu. daun yang jatuh tak mungkin jika tak membenci sang angin. sebab hembusan yang ia lepaskan membawa daun terluka ke permukaan. daun yang jatuh tak mungkin jika tak membenci sang angin. tetapi daun tahu sekali bahwa setiap yang jatuh akan kembali menjadi satu dan merekah seperti baru. -10:36 p.m. inspired by Tere Liye.

Sang Pencuri Warasku

Kaki ini melangkah, sungguh, kau lihat sendiri saja. Aku mampu berpindah, walau hanya selangkah. Mata ini tak lagi basah, sungguh, kau tatap sendiri saja. Aku mampu menyeka, walau yang tersisa hanya hampa. Lidah ini tak lagi kelu, sungguh, kau tanya sendiri saja. Aku mampu berucap, walau tentang kehilangan. Namun, logika ini hampir saja mati. Sebab daripada kamu; sang pencuri warasku.

Rasa

Meja, kursi, lemari, papan tulis, pintu, botol yang lelah diputar, serta dinding yang membeku; Mereka tak akan tahu bahwa rasa akan kembali dari sepatah cerita karangan, yang menuntut untuk diselesaikan.